Ilustrasi anak belajar di rumah. |
mjnews.id - Dalam beberapa waktu belakang, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menetapkan proses belajar mengajar di rumah. Anak-anaknya belajar di rumah dan dipantau orangtuanya masing-masing. Mereka tidak lagi wajib ke sekolah. Ini sebagai bentuk antisipasi dampak penyebaran virus corona Covid-19.
Dalam kurun itu, anak-anak mulai bosan dan tidak betah belajar di rumah. Sebaik-baiknya mereka di rumah, mereka merasa lebih nyaman belajar di sekolah.
Ini terungkap dari percakapan para orangtua di sejumlah grup whatsApp orangtua dan guru SD Citra Almadina Padang.
Para orangtua mengungkapkan kalau anak-anaknya sudah bosan belajar di rumah dan rindu akan sekolah dan guru masing-masing.
“Sachie mulai mengeluh karena lama belajar di rumah. Katanya enak belajar di sekolah sama Mr. Dani,” ungkap Yunie Harahap, salah seorang orangtua dalam grup sekolah swasta di Padang itu.
Mr. Dani, sebutan untuk salah seorang wali kelas di SD Citra Almadina Padang.
Ibu-ibu lainnya pun mengomentari percakapan Yunie. Mereka mengungkapkan hal serupa, kalau anak-anak mereka bosan belajar di rumah.
Lain pula yang diungkapkan Lola, dia terpaksa harus membawa anak semata wayangnya ke kantor karena tidak yang menjaga di rumah.
“Thoriq, pun mulai bosan ikut bunda karena harus ke kantor setiap hari. Sebab tidak ada yang menjaganya di rumah. Thoriq rindu sekolah, Mr. Dani dan teman-temannya,” timpal Lola.
Menjawab keluhan para orangtua, Kepala Sekolah SD Citra Almadina Padang, Rimita Ningsing, menyemangati keluhan yang diutarakan orangtua murid.
Menurutnya, home learning merupakan program pemerintah yang juga dapat memutus mata rantai penyebaran virus corana covid 19.
“Semangat anak-anak ku, semoga semua cepat berlalu. Insha Allah tanggal 2 April 2020 kita berkumpul lagi ya nak.... Sholat dan mengaji tetap ya... jangan lupa berdoa pada Allah, semoga malaikat kecil teacher semua terhindar dari mara bahaya. Dan doa teacher semua orangtua murid, diberi kesehatan dan rezeki berlimpah serta kesabaran selama masa pendampingan. Selamat belajar nak. Salam hormat teacher buat semua orangtua murid,” tulis Rimita dalam percakapan tersebut.
Menurutnya, para guru pun sudah rindu pada anak-anak. Tanpa murid sekolah sepi dan tidak berwarna. Semua untuk memutus rantai penularan virus Covid 19.
Di SD Citra Almadina Padang, saat ini telah dipasang washtapel di setiap kamar mandi. Baik anak laki-laki maupun perempuan. Di sana juga diletakkan sabun pencuci tangan yang dibeli dari dana partisipasi orangtua murid. Rimita pun memajang foto-foto washtavel dalam grup sekolah itu. Tujuan pemasangan washtavel, untuk mengingatkan anak-anak agar selalu cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Selama belajar di rumah, guru di SD Citra Almadina selalu memantau proses belajar anak-anak mereka. Caranya dengan meminta orangtua mengirimkan video anak sedang belajar. Kemudian mengirimkan foto tugas rumah yang telah diberikan sesuai arahan guru kelas masing-masing.
Lewat grup WA sekolah tersebut guru dan orangtua murid saling berbagi satu sama lain. Ketika ada anak yang enggan mengerjakan tugas sekolah, orangtua melaporkan prilaku sianak. Sehingga mereka mau tak mau harus belajar sesuai waktu yang ditentukan.
Sementara, menjawab keluhan orang tua yang mengungkapkan anak-anak mereka mulai bosan belajar di rumah, Pengamat Sosial Universitas Negeri Padang, Erian Joni, mengatakan harusnya itu tidak terjadi. Jika saja setiap orangtua kreatif dan benar-benar memberi waktu khusus dalam mendidik anak-anaknya di rumah sendiri.
“Belajar di rumah harusnya lebih menyenangkan dibanding di sekolah. Tapi juga sangat tergantung pada krea tivitas kedua orangtua. Jika tidak, sudah bisa dipastikan anak-anak bosan belajar di rumah sendiri,” terang Erian Joni.
Belajar di rumah justru kadang bisa membuat anak enjoy dan rileks. Anak keluar dari kebosanan belajar di kelas yang terkesan monoton dan menjenuhkan. Selanjutnya guru terutama wali kelas, tetap memonitor aktivitas anak di rumah. Misalkan melalui aplikasi belajar online, WAG Parenting yang anggotanya tentu orang tua atau WAG kelas.
Menurutnya, aktivitas belajar anak di rumah akan lebih tepat disituasi tanggap darurat Corvid-19 ini, didampingi oleh orang tua. Setiap orang tua bisa jadi memiliki kapasitas bidang ilmu tertentu. Misalnya orang tua yang berlatar belakang ekonomi, akan bisa membantu anak-anak yang kesulitan menyele saikan PR yang berkaitan dengan ekonomi. Selain itu orang tua harus memfasilitasi kebutuhan belajar anak di rumah. Contohnya sarana prasarana belajar, begitu juga makanan ringan, ketersediaan jaringan internet dan alat-alat belajar lainnya.
Belajar di rumah, sebut Erian perlu ditekankan bahwa kegiatan belajar di rumah bukan libur tetapi hanya memindahkan tempat dan metode belajar dari sekolah ke rumah. Kalau belajarnya tidak keras, maka si anak akan kehilangan kesempatan mendapatkan ilmu, sehingga generasinya tertinggal dengan generasi sebelumnya di semester yang sama.
Dalam hal ini perlu banyak bobot belajar mandiri, karena kesempatan dialog dengan guru sangat terbatas. Selain itu masyarakat, termasuk dalam pendidikan dasar di negara kita belum terbiasa dengan belajar online.
Hanyalah orang tua yang bisa dihandalkan untuk menjadi ‘guru’ bagi anaknya saat ini. kemajuan dua informasi orang tua bisa juga memanfaatkan sumber belajar seperti google, youtube dan lainnya.
“Kalau kita masih berprinsip bahwa belajar di rumah selama masa wabah Covid-19 itu libur, maka pendidikan kita akan mundur. Bukankah tugas pendidikan itu ada tiga pilar, yaitu sekolah, masyarakat dan keluarga. Artinya tidak diserahkan saja sepenuhnya kepada sekolah,” tutupnya. (yuke)