Ketua PHRI Sumbar, Maulana Yusran. |
mjnews.id - Hingga akhir Maret telah 10 persen hotel di Sumatera Barat ditutup operasionalnya karena tak bisa bertahan dengan kondisi ekonomi semakin memburuk pasca merebaknya virus corona.
Hal itu dikatakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar, Maulana Yusran di Padang, Rabu (1/4/2020).
Disebutkannya, tingkat huni hotel saat ini 1-3 persen dan tentu banyak hotel yang tak mampu bertahan dalam kondisi tersebut untuk menutupi biaya operasional.
Maulana menyebutkan, dengan tutup operasionalnya 10 hotel tentu membuat karyawannya dirumahkan atau diberhentikan sementara. Tentu ini berdampak terhadap pelaku usaha hotel namun juga ekonomi karyawan hotel.
Dalam persoalan virus corona tersebut pemerintah dinilai lebih memperhatikan dalam persoalan kesehatan namun kurang mengantisipasi dampak ekonomi.
“Dalam kondisi normal saja, bila occupancy hotel tersebut di bawah 40 persen saja akan bisa mampu hotel tersebut bertahan 3 bulan ke depan,”ujar Maulana.
Oleh sebab itu, PHRI Sumbar telah mengirimkan surat ke Gubernur untuk meminta stimulus atau relaksasi ekonomi. Sebab, Pemprov Sumbar belum melakukan tindakan stimulus dan relaksasi ekonomi tersebut.
Maulana Yusran mencontohkan, banyak provinsi lain di Indonesia telah mengambil kebijakan dengan memberikan stimulus dan relaksasi ekonomi kepada pelaku usaha.
Menurutnya, mulai dari pajak hotel dan restoran 0 persen satu tahun sejak Januari hingga Desember 2020. Lalu, juga membebaskan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) satu tahun. (*/eds)