Ilustrasi. |
Malaysia sebagai negara tetangga memutuskan lockdown untuk negaranya sejak pertengahan Maret 2020. Ini sebagai antisipasi penularan virus Covid-19 di negara serumpun tersebut. Selama itu, orang dalam dan dari luar Malaysia tak bisa keluar dan masuk hingga masa darurat selesai.
Alhasil, mereka hanya bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk melepas rindu.
“Untung bisa video call atau skype. Kalau tidak entah bagaimana menahan rindu pada istri yang jauh di Padang,” katanya membuka cerita.
Selama lockdown, saban hari dia hanya bisa mematut komputer, mengerjakan pekerjaan kantor, kemudian meeting beberapa menit dan hal lainnya yang tentunya terasa membosankan. Mau tak mau harus dijalani, jika tidak harus menanggung risiko cukup berat. Siap-siap dibawa ke kantor polisi.
Menurut pria berambut lurus tersebut, pengawasan di Malaysia sangat ketat oleh polisi. Siapa saja yang tak punya kepentingan darurat tidak dibenarkan keluar rumah. Jika keluar untuk hal yang tak penting akan ditangkap polisi setempat.
Selama masa lockdown, perusahaan tempat dia bekerja menyediakan sejumlah fasilitas, sehingga dia bisa nyaman mengerjakan pekerjaan di rumah. Karyawan pun bisa menjaga kesehatan dan terhindar dari virus menular tersebut.
Sebelum adanya wabah Covid-19, Rudi biasa pulang empat bulan sekali. Sedangkan istrinya Shinta, bisa datang sekali dua bulan ke Malaysia. Jelang Ramadhan ini, adalah jadwal kepulangan Rudi ke Padang. Berkumpul bersama keluarga dan sejumlah agenda telah disiapkan. Mulai dari Lebaran di Malaysia hingga liburan ke Okinawa Jepang sudah terjadwal untuk 25 hingga 31 Maret kemarin. Lagi-lagi rencana mereka batal untuk berliburan.
“Jika wabah ini berlanjut, mungkin Lebaran tetap di rumah tanpa istri dan keluarga besar. Saya dan keluarga harus sama-sama sabar. Semua demi kebaikan bersama,” ujarnya.
Untuk keperluan harian seperti makan, biasanya bisa dipesan selama 24 jam. Kini dibatasi hingga pukul 15.00 waktu setempat. “Kalau ada istri di sini (Penang-red), bisa makan apa saja. Semua yang dimau bisa dimasakin. Tapi sekarang masak apa yang bisa aja. Masak mie rebus, goreng ikan, ayam. Paling gampang itu telur ceplok,” tulisnya via whatsApp.
Rudi berharap, wabah virus coroan Covid-19 cepat berlalu, sehingga dia dan jutaan keluarga lainnya yang terpisah akibat virus menular itu bisa kembali berkumpul bersama. Apalagi jelang Ramadhan yang sudah di depan mata.
Sementara, data terakhir, jumlah kasus positif infeksi corona virus di Malaysia cukup tinggi. Sejauh ini, otoritas Malaysia melaporkan adanya 2.626 kasus positif virus corona di negaranya. Sementara, sebanyak 479 kasus dinyatakan sembuh dan 37 orang meninggal di Malaysia karena Covid-19. Kebijakan lockdown atau mengunci wilayah dalam upaya menekan penyebaran virus pun diambil oleh pemerintah setempat.
Sedangkan di Indonesia berdasarkan data yang diperbarui oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada pukul 15.40 WIB, Kamis, 2 April 2020, terdapat penambahan kasus positif baru sebanyak 113 pasien. Penambahan ini membuat total jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia menjadi 1.790 pasien.
Sebanyak 1.508 pasien positif Covid-19 di Tanah Air saat ini sedang menjalani perawatan. Sementara jumlah pasien yang berhasil sembuh bertambah menjadi 112 orang. Namun, angka kasus kematian pasien positif Covid-19 di Indonesia juga meningkat menjadi 170 jiwa.
Hingga kemarin jumlah provinsi yang tercatat memiliki kasus positif Covid-19 masih sama dengan Rabu kemarin, yakni 32 daerah. Sedangkan di Sumatera Barat, sejauh ini terdapat 13 pasien positif Covid 19. (Yuke/Wartawan Muda)