Wakil gubernur beri arahan di Dinas Pangan Sumbar |
Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy tegaskan, pemerintah provinsi menggalakkan untuk konsumsi telur bagi anak sedari kecil, khususnya bagi ibu hamil untuk mencukupi nilai gizi yang dibutuhkan tubuh.
"Telur ini merupakan sumber protein hewani per gram paling murah di Indonesia. Saya saja rutin makan telur tiga butir sehari," kata Audy saat berkunjung ke Dinas Pangan Sumbar, Selasa (19/10/2021).
Indonesia konsumsi beras mencapai 139 kilogram per tahun per kapita, terbesar di dunia. Sumbar salah satu komsumsi beras tertinggj lima besar di Indonesia.
"Ketergantungan komsumsi beras itu banyak masyarakat kita yang mengidap penyakit gula darah (diabetes). Inilah yang harus kita cegah sedini mungkin," ujarnya.
Sementara Indonesia termasuk komsumsi hewani terendah dibandingkan dengan negara Asean, termasuk komsumsi sayur dan buah.
"Komsumsi protein merupakan nutrisi penting bagi tubuh manusia. Dengan banyak protein kita banyak berpikir yang menghasilkan produktif. Kalau kita kelebihan kalori dan karbohidrat kita bisa menjadi malas. Maka nya saya anjurkan sering-sering makan telur," sebutnya.
Protein salah satu blok bangunan jaringan tubuh dan juga dapat berfungsi sebagai sumber bahan bakar. "Gerakan makan telur ini dianjurkan kampanye kepada orangtua dalam memberikan asupan makanan kepada anak-anaknya, agar terhindar dari stunting. Karena di usia 7-13 tahun ini adalah masa pertumbuhan yang memiliki risiko stunting. Kalau asupan gizinya baik, anak-anak kita akan sehat," jelasnya.
Menurutnya, makan telur itik bagus karena memiliki banyak protein didalamnya. Untuk telur ayam sendiri, sebutirnya terkandung 8mg protein. Dengan itu tubuh secara alami butuh waktu untuk mencerna protein.
Dikatakan, hingga saat ini telur menjadi sumber protein hewani per gram yang paling murah di Indonesia jika dibandingkan tahu, tempe, dan daging.
"Ayo, makan telur setiap hari, karena telur bisa bikin kita jadi pintar. Konsumsi telur secara teratur dapat menjaga kadar kesehatan otak," ucapnya.
Audy mengatakan, pemerintah sedang mencanangkan program sehari tanpa nasi atau one day no rice untuk mengurangi konsumsi beras masyarakat. "Program ini sangat bagus, apalagi sedang menjadi topik hangat," imbuh.
Kepala Dinas Pangan Sumbar, Efendi sangat mendukung dengan adanya program sehari tanpa nasi. "Masyarakat memanfaatkan menu atau makanan lokal non beras produksi dalam negeri, seperti kentang, singkong, sagu, talas dan buah-buahan lokal Indonesia," terangnya.
Menurut Efendi, nasi memang mengandung banyak gula yang bisa berpotensi menyebabkan penyakit gula dan darah tinggi. Hanya saja, gerakan itu akan cukup sulit di tengah karakter orang Sumbar yang sejak dulu sudah terbiasa makan nasi. (*)