Seminar tentang kecanduan gadget pada anak |
PAYAKUMBUH-Pemerintah Kota Payakumbuh bekerjasama dengan Maktab Center menggelar seminar dengan tema mengatasi kecanduan gadget pada anak. Kegiatan dilaksanakan di aula Ngalau Indah, kantor balai kota, Jumat (18/3/2022). Ayah dan bunda tak mau repot, anak disuruh bertanya pada Google dan Youtube.
Seminar dibuka Asisten III Amriul Datuak Karayiang serta didampingi Kabag Kesra Irwan Suwandi dan narasumber psikolog klinis Halfizh.
Amriul Datuak Karayiang mengatakan, orang tua adalah contoh bagi anaknya. Kalau orang tua sering memegang gadget di depan anak, pasti akan ditiru anak. "Sebagai orang tua harus jadi role model. Kalau anak tidak diperbolehkan main gadget, jangan di depan anak kita main gadget. Anak jadi melihat kebiasaan orang tuanya main gadget, jadi anak juga akan ikut," jelas Amriul
Selain itu, baiknya orang tua juga membuat peraturan yang ditaati bersama. Misalnya, pada ruang tertentu dilarang untuk bermain gadget.
"Misalnya di ruang makan, di ruang tidur, dan saat berkumpul keluarga harus tidak ada gadget. Di luar itu mungkin boleh ada. Apalagi saat pandemi Covid-19, anak-anak kita belajar secara daring. Tetapi cukup diberikan saat belajar saja, jangan sampai tidak diawasi. Makin lama, pelan-pelan menguranginya, tidak bisa langsung secara instan untuk melarang anak yang sudah terlanjur kecanduan gadget," katanya.
Menurut Amriul, gadget dibutuhkan untuk mencari pengetahuan. Sedangkan untuk melatih kemampuan motorik, lebih baik menggunakan permainan. "Kalau gadget itu lebih ke pengetahuan, kalau motorik itu tidak masuk. Semua tergantung umur," katanya.
Psikolog klinis Halfizh mengatakan, orang tua harus menjadi teman baik untuk anak. Karena anak butuh didengarkan, butuh diawasi dan butuh dimengerti. Membangun kedekatan dengan anak adalah gerbang awal menuntun anak kepada keberhasilan. Jadilah seseorang yang nyaman bagi anak-anak.
Faktanya saat ini adalah tali kasih anak dengan orang tua mulai lapuk karena orang tua tidak memiliki kedekatan dengan anak "Lebih dari 50 persen orang tua tidak dekat dengan anaknya, apalagi di usia memasuki masa puberitasnya," ujar Halfizh.
Diterangkan Halfizh, hal ini akan menjadi berbahaya ketika anak lebih dekat dengan orang lain di luar sana, bahkan lebih mempercayai mencari informasi di gadget, dimana informasi di gadget dapat diakses tanpa adanya penyaringan. Terlebih lagi ketika intensitas pertemuan orang tua dengan anak tidak lagi berkualitas.
Ditambahkan Halfizh, saat ini banyak orang tua melarang anak bermain gadget, tetapi orang tua sendri sibuk bermain gadget. Orang tua hari ini tidak mau repot, jika ada pertanyaan dari anak langsung diarahkan untuk mencari informasi di Google dan Youtube.
"Google dan Youtube menjadi orang tua ketiga bagi anak-anak. Karena orang tua tidak mau pusing dengan pertanyaan anaknya. Jadi anak tidak bisa di push dan disalahkan atas kejadian ini," ucapnya.
Terjadinya perubahan sebuah perilaku bermula dari kebiasaan. Cobalah para orang tua tegas mengatakan tidak ketika anak meminta gadget. Duduk bersama anak, diskusikan alasan positif dan negatifnya tentang bermain gadget.
"Harus ada introspeksi diri dari para orang tua merubah kebiasaan-kebiasan yang tidak baik selama ini dan kembalilah menjalin kedekatan dengan anak. Insya Allah segala upaya yang kita lakukan untuk kebaikan anak-anak akan berujung baik untuk perkembangan dan masa depan anak," pungkasnya. (AA)