Petani sawit di Dharmasraya |
DHARMASRAYA-Presiden Joko Widodo telah membuka kembali kran ekspor sawit dan CPO. Kalangan pengusaha dan petani gembira dengan kebijakan itu. Beberapa hari belakangan, petani dan pengusahat menjerit karena harga TBS yang rendah. Pencabutan larangan ekspor itu bisa membuat petani dan pengusaha tersenyum.
Akibat larangan ekspor, tandan buah segar (TBS) kelapa sawit harganya terjun bebas alias anjlok. Hal itu membuat para petani dan buruh sawit mengeluh dan merugi pendapatnya selama harga Tandan Buah segar (TBS) kelapa sawit.
Pantauan di lapangan, harga TBS kelapa sawit saat berkisar Rp1.720 perkilogram, sedangan sebelumnya berkisar Rp3.250 perkilogram. Salah seorang petani sawit di Dharmasraya, Afrizal, Kamis (19/5/2022) mengatakan, larangan ekspor berdampak pada para petani dan buruh sawit.
"Sejak awal kami berharap kepada pemerintah bisa kembali mencabut larangan ekspor, sehingga harga sawit kembali naik," katanya.
Seorang pekerja sawit, Budi Yono mengemukakan hal senada. Dia menyebutkan, biaya perawatan kebun sawit sangat mahal. Ketika harga turun, petani dan pengusaha jadi kelimpungan. "Selain itu, harga pupuk juga mahal dan tak terbeli oleh petani," katanya.
Harapan pengusaha dan petani sudah terjawab. Presiden Jokowi mengumumkan pembukaan kembali larangan ekspor produk minyak sawit termasuk minyak goreng dan CPO.
Sejak kebijakan larangan ekspor minyak goreng pemerintah melakukan langkah ketersediaan minyak goreng. Pasokan minyak goreng terus bertambah di lapangan berdasarkan pantauan di lapangan karena kebijakan larangan ekspor. Selain itu terjadi penurunan harga minyak goreng rata-rata nasional.
"Berdasarkan kondisi pasokan dan harga minyak goreng saat ini, serta mempertimbangkan adanya 17 juta orang tenaga di industri sawit petani dan pekerja dan tenaga pendukung lainnya maka saya memutuskan ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin 23 Mei 2022 ," kata Jokowi dalam pernyataan resminya, Kamis (19/5/2022). (eko)