Tangkapan layar sebuah status WA |
Kutipan di status itu, "Dari lato-lato kita belajar, hidup jangan mau dibentur-benturkan, atau diadu domba hanya untuk sebuah permainan."
Dalam makna status itu. Tak jelas siapa yang membuat. Yang jelas, pesan yang disampaikan status itu tentang perlunya menjaga kedamaian dan persaudaraan. Hindari permusuhan dan saling benturan.
Tahun ini, tahun politik. Dalam masa pertarungan politik, masyarakat jangan mau dijadikan dua benda kecil yang bila dibenturkan menghasilkan bunyi.
Suara tek, tek, tek, tek kini terdengar di mana-mana. Suaranya nyaring. Anak-anak Indonesia sedang gandrung dengan permainan itu. Sejumlah warga malah senang, karena lato-lato sementara menjauhkan anak dari kecanduan gadget.
Lato-lato merupakan mainan zaman duku. Permainan itu ada di Amerika Serikat sejak 1960-an dan tak diperkenankan lagi dimainkan di negara itu. Dilansir dari Amazon, lato-lato berasal dari Amerika Serikat. Mainan itu dinamakan dengan clakers atau knockers.
Permainan tersebut populer akhir 1960-an sampai 1970-an. Pada 1985, lato-lato mulai dilarang diperjualbelikan. Keselamatan anak jadi alasannya.
Dikutip dari detikcom, clackers sempat memakan korban. Bandul yang terbuat dari akrilik itu bisa pecah jika dibenturkan terlalu keras.
Saat itu banyak anak-anak AS yang terluka karena kena pecahan dari bandul clackers. Tak cuma Amerika Serikat, mainan ini juga populer di Kanada karena banyak anak-anak yang terluka, pemerintah setempat melarang mainan ini.
Lato-lato padam cukup lama, sampai akhirnya kembali berjaya di 1990-an. Desainnya permainan ini diperbarui dengan bahan plastik yang umumnya berwarna cerah.
Sekarang, mari belajar dari lato-lato, jangan hanya belajar lato-lato. (ed)