Gubernur Mahyeldi Ansharullah menyebut maraknya penggunaan bahan baku impor oleh pelaku usaha menjadi tantangan serius untuk pengembangan sektor pertanian Indonesia. Ia menilai, hal itu sulit dihindari jika kualitas dan harga produk lokal masih belum mampu memenuhi standar.
"Banyak produk pangan lokal yang sulit bersaing dengan produk impor, terutama untuk perdagangan besar karena faktor kualitas dan harga. Ini tantangan sektor pertanian yang harus segera dicarikan solusinya," ungkap Mahyeldi saat membuka temu profesi duta petani milenial dan duta petani andalan serta milennial agriculture forum (MAF) edisi Penas Nelayan XVI di Gedung Bagindo Aziz Chan, Aia Pacah, Padang, Sabtu (10/6/2023).
Ia menuturkan, dari segi jumlah produksi, hasil pertanian Indonesia saat ini cukup besar, tapi untuk bisa menguasai pasar, petani lokal mesti melakukan beberapa pembenahan terutama pada pola tanam dan pola distribusi.
Menurutnya, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ada sentuhan kaum milenial. Mahyeldi meyakini, mereka memiliki sejumlah keunggulan, seperti menguasai teknologi, berwawasan luas dan selalu ingin tahu, kreatif dan inovatif, kemudian terbiasa dengan multi tasking serta lebih fleksibel terhadap perubahan.
"Keunggulan generasi milenial, perlu diberdayakan secara optimal untuk menghadapi tantangan sektor pertanian. Modernisasi pertanian perlu dilakukan, salah satunya dengan pemanfaatan teknologi, agar produk lokal mampu bersaing dengan barang impor," terang Mahyeldi.
Ia menambahkan, merangkul generasi muda untuk mau masuk ke sektor pertanian tentu tidak mudah, terutama untuk mengubah persepsi, anak muda yang sukses itu adalah anak muda yang bekerja di sektor formal. Mahyeldi menyebut perlu ada upaya serius terkait hal tersebut.
"Sosialisasi masif perlu dilakukan agar para generasi muda tertarik masuk ke sektor pertanian, pemerintah dan perguruan tinggi perlu memainkan peran untuk itu," harap Mahyeldi
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan hal senada. Menurutnya ketahanan pangan nasional akan bisa terwujud jika persentase petani milenial bisa ditingkatkan secara signifikan.
"Saat ini, jumlah petani lokal ada 38 juta orang, 70 persen diantaranya dari telah berusia 50 tahun. Sedangkan petani milenial jumlahnya hanya 30 persen," ungkap Dedi.
Dedi menjelaskan, dari 70 persen petani kolonial tersebut tingkat pendidikan mereka juga rendah, rata-rata hanya tamatan sekolah dasar, bahkan juga ada yang tidak bersekolah. Ini adalah persoalan serius ditengah keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan 2045.
"Merangkul kaum milenial untuk masuk ke sektor pertanian menjadi sebuah keharusan, dan kami sedang berjuang untuk itu," sebut Dedi. (adpsb)
Turut hadir pada acara tersebut, Walikota Padang, Hendri Septa. Para pejabat Eselon 1 dan 2 Lingkup Kementerian Pertanian. Bupati Maros, Chaidir Syam dan Wakil Bupati Pasuruan, Mujib Imron serta para tamu undangan lainnya. (adpsb)