Mereka Masuk Rumah Sakit, Keluar Sembuh, Tidak Miskin dan Tak Ada Pula Sawah yang Tergadai


Kenzie Aulia ketika menjalani perawatan di Semen Padang Hospital


PADANG-Yulisman, merupakan seorang tukang ojek di Padang. Dia bukan tukang ojek pangkalan, bukan pula ojek online. Dia dipercaya sejumlah keluarga untuk antar jemput anak mereka ke sekolah.

Hari demi hari dilakoni Yulisman dengan mendatangi sejumlah sekolah. Dia mengantar anak ke sejumlah SD dan sejumlah SMP. Jarak antara sekolah dan kediaman langganannya tak jauh-jauh amat. Dalam hitungan jam saja, dia bisa menyelesaikan tugas mengantar sejumlah anak ke sekolah. Demikian sebaliknya, kalau jam pulang sekolah tiba, dia sigap pula mengantar pulang anak-anak itu. 

Yulisman tak muda lagi. Dia sudah berusia 60 tahun lebih. Lebih kurang 20 tahun dia melakoni profesi itu. Tiap tahun, selalu ada ada keluarga baru yang memanfaatkan jasanya. Dalam usia yang tak muda lagi, Yulisman masih segar-segar saja. Namun, dia menjadi pasien rawat jalan rumah sakit. Sekali sebulan dia ke Rumah Sakit Ibnu Sina yang terletak di kawasan Gunung Pangilun, Padang.

Yulisman ke rumah sakit untuk periksa jantung. Kunjungan terjadwal itu merupakan perintah dokter. Bukan hanya soal jantung, tiap ke rumah sakit, Yulisman menjalani cek gula darah, asam lambung, tekanan darah dan sebagainya. 

Usai diperiksa, Yulisman membawa banyak obat pulang. "Pokoknya, sakambuik buruak," kata dia, Sabtu, 5  Agustus 2023 di Padang. 

Sakambuik buruak merupakan bahasa simbolis guna mengambarkan betapanya banyaknya obat yang harus dikonsumsi sebulan ke depan. Dalam sehari, Yulisman mengonsumsi lima jenis obat.

Yulisman merupakan peserta BPJS Kesehatan kelas tiga. Iuran BPJS yang dibayar tiap bulan Rp35 ribu. Total Rp70 ribu yang dibayar setiap bulan bersama iuran istrinya, Reni.

Yulisman menyebut, apabila dihitung semua iuran yang sudah dibayarkan sejak jadi peserta BPJS, rasanya tak seimbang dengan manfaat yang ia dapatkan hingga saat ini. "Inilah manfaat jadi peserta BPJS. Kita sakit, ada iuran orang lain yang membantu," kata dia.

Yulisman mengemukakan, dia menjalani rawat jalan di rumah sakit, pulangnya segar dan bisa beraktivitas secara normal karena kesehatan terjaga. "Tak ada sawah yang tergadai dan tak ada pula utang yang muncul gara-gara berobat. Rutin berobat ke rumah sakit tak membuat kita miskin," tambahnya.

Dalam usia yang tak muda lagi, Yulisman tak akrab dengan teknologi yang dimiliki BPJS Kesehatan. Urusan pendaftaran ke rumah sakit yang sekarang bisa online, Yulisman minta bantuan orang lain. "Dengan layanan yang diberikan BPJS Kesehatan, kita tak perlu ribet untuk berobat," kata dia.

Dikatakan Yulisman, kalaulah tak ada BPJS Kesehatan, dia merasa tak mampu untuk berobat secara rutin ke rumah sakit sebulan sekali. "Biaya kesehatan itu mahal. Untung ada BPJS Kesehatan, sehingga ada kegotongroyongan dalam layanan kesehatan," tambahnya.

Yulisman mengucapkan terima kasih kepada peserta BPJS kesehatan lainnya yang secara tak langsung telah turut serta membantu dia. "Orang tak sakit membantu mereka yang sakit," katanya. 

Manfaat BPJS Kesehatan juga dirasakan Kenzie Aulia. Pada Desember 2022, murid SD Pertiwi Padang itu menjalani operasi mata di Semen Padang Hospital. Kenzie Aulia tercatat sebagai peserta BPJS Kesehatan kelas satu.


Semen Padang Hospital

Tiap bulan, orang tua Kenzie membayar iuran bagi anaknya Rp150 ribu. Dia terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan mandiri. 

Operasi yang dijalani Kenzie Aulia terbilang ringan. Hanya membuang pembengkakkan di bagian dalam kelopak mata. Meski ringan, dia menginap dua malam di rumah sakit tersebut. 

Satu hal yang istimewa, sebagaimana dikatakan orang tua Kenzie Aulia, Ilfa, pelayanan BPJS Kesehatan memang luar biasa. Kenzie ditempatkan di ruangan kelas satu. Di ruangan, ada AC, televisi, kursi bagi penunggu dan sebagainya. "Kalau dibayar sendiri fasilitas demikian pasti mahal," kata Ilfa.

Disebutkan Ilfa, BPJS Kesehatan memberi manfaat besar. Jangan sekali-sekali membandingkan antara iuran yang dikeluarkan dengan fasilitas kesehatan yang didapatkan ketika sakit. "Kalau kita tak sakit, berarti kita membantu masyarakat lainnya," kata dia.

Sejak negara hadir dengan BPJS Kesehatan, nyaris tak ada lagi kisah-kisah pilu tentang orang sakit yang tak sanggup ke rumah sakit. Dulu, sebelum ada BPJS Kesehatan, betapa banyak masyarakat yang pasrah saja dengan keadaan seraya menunggu nasib. Betapa banyak pula keluarga yang harus menggadaikan harta dan berutang demi biaya berobat ke rumah sakit.

BPJS Kesehatan bahkan menanggung biaya pengobatan untuk sakit yang terbilang berat, seperti operasi jantung, paru, cuci darah dan sebagainya. Kalaulah tak ada BPJS Kesehatan, biaya untuk mendapatkan layanan pengobatan untuk penyakit tersebut tak main-main.


Negara hadir dan pemerataan

Negara sudah hadir dalam memberikan jaminan kesehatan pada masyarakat. Bagi masyarakat yang memang kurang mampu, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan kota menanggung iuran mereka. Negara juga sudah memberikan pemerataan layanan kesehatan. Tak ada diskiriminasi antara mereka yang bayar dan mereka yang menjadi peserta BPJS ketika mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit atau pusat layanan kesehatan lainnya.

Yulisman merupakan tukang ojek. Dia mendapatkan layanan kesehatan yang sama dengan pejabat atau tokoh terkenal sekalipun. Prosedur dan standar yang sama diberikan BPJS Kesehatan kepada masyarakat. 

Kenzie Aulia, merupakan murid SD. Ketika dia dirawat, dia dapat fasilitas kelas satu, sama halnya dengan layanan yang didapatkan kepala dinas ketika menjalani perawatan di rumah sakit.

Dengan kesetaraan dan hadirnya negara dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat, tak ada lagi istilah orang miskin dilarang sakit. Dengan demikian, tak elok jika masih nyinyir dengan pengelolaan kesehatan masyarakat di Indonesia. Mungkin ada yang belum sempurna, rasanya itu wajar saja. Sebab, BPJS Kesehatan harus melayani jutaan warga dengan pusat layanan kesehatan yang banyak pula.

Bukan cuma itu, keberhasilan BPJS Kesehatan dalam mengelola jaminan kesehatan melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dijadikan rujukan oleh negara lain.

Salah satu negara yang tertarik adalah Malaysia. Malaysia ingin memahami lebih lanjut mengenai kondisi penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti mengatakan, salah satu faktor kunci keberhasilan penyelenggaraan Program JKN adalah penguatan upaya promotif dan preventif dalam sistem kesehatan. Fokus pada pencegahan dan promosi kesehatan telah membawa dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup peserta JKN.

“Berbagai upaya promotif dan preventif telah dilakukan oleh BPJS Kesehatan, dan salah satu di antaranya adalah melalui layanan skrining. Skrining ini menjadi alat penting dalam mendeteksi dini berbagai penyakit serius, yang nantinya bisa membantu peserta dalam mendapatkan perawatan lebih awal dan lebih efektif,” ujar Ghufron saat menjadi narasumber pada kegiatan The 11th National Public Health Conference & 1st Global Public Health Conference, Selasa (25/7/2023).

Ghufron menyebut, saat ini BPJS Kesehatan telah menghadirkan empat jenis layanan skrining yang dapat dimanfaatkan oleh peserta JKN, yaitu skrining diabetes melitus, skrining hipertensi, skrining kanker serviks, dan skrining kanker payudara. Ke depannya, jenis layanan skrining yang dijamin BPJS Kesehatan akan diperluas, guna mengakomodasi lebih banyak kebutuhan masyarakat dalam mengetahui potensi risiko penyakit yang dialami.

“Skrining riwayat kesehatan adalah langkah pertama mendeteksi risiko penyakit. Kita kelompokkan peserta JKN yang berisiko rendah, sedang, dan tinggi melalui skrining riwayat kesehatan yang diakses peserta lewat Aplikasi Mobile JKN, Chat Assistant JKN (CHIKA), atau website BPJS Kesehatan. Kalau berisiko tinggi, akan kita arahkan ke fasilitas kesehatan supaya diperiksa dan ditangani lebih lanjut segera,” sebut Ghufron yang dikutip dari siaran pers BPJS Kesehatan.

Menurut Ghufron, pada 2022 terdapat 15,5 juta peserta JKN yang telah memanfaatkan layanan skrining riwayat kesehatan tersebut. Ghufron menekankan bahwa layanan skrining tersebut diberikan secara selektif kepada peserta JKN yang terdeteksi berisiko, berdasarkan hasil skrining riwayat kesehatan peserta JKN yang bersangkutan. Peserta JKN yang dari hasil skriningnya ternyata berisiko atau sudah menderita penyakit-penyakit tersebut, bisa ditangani segera supaya kondisinya tidak bertambah parah.

Selain itu, BPJS Kesehatan turut mengelola berbagai program yang ditujukan untuk menjaga kondisi peserta yang telah menderita penyakit kronis, salah satunya melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), yang merupakan sistem pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit kronis dengan pendekatan proaktif. Dalam Program Prolanis, peserta akan mendapatkan layanan berupa konsultasi, obat, dan pemeriksaan medis penunjang secara periodik.

 “Tujuan utamanya adalah mengendalikan kondisi penderita agar tidak terjadi komplikasi, artinya ini salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka. Harapannya, mitra Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terus mengoptimalkan upaya pencegahan penyakit kronis melalui skrining riwayat kesehatan untuk mencegah kasus katastropik peserta JKN,” sebut Ghufron.

Professor of Public Health Medicine and Health Economics of  National University of Malaysia, Dato' Syed Al Junid memuji penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan di Indonesia yang telah mencapai cakupan universal health coverage (UHC) dalam kurun waktu yang relatif cepat. Menurut salah satu ahli di bidang kesehatan tersebut, pencapaian hampir 95 persen kepesertaan dalam sistem jaminan kesehatan sosial adalah suatu prestasi yang luar biasa.

Menurutnya, capaian yang diraih oleh BPJS Kesehatan menandakan sebagian besar penduduk Indonesia telah mendapatkan perlindungan kesehatan yang lebih baik, sehingga meminimalkan risiko kesulitan finansial akibat biaya perawatan yang mahal.


Jajaran BPJS Kesehatan bersama delegasi Malaysia.

Pertemuan tersebut turut dihadiri Director of Planning Division, Ministry of Health Malaysia, Rozita Halina bt Tun Hussein, Deputy Vice-Chancellor, Research and Professor of Public Health International Medical University, Dato' Lokman Hakim Sulaiman dan WHO Representative and Head of the WHO Country Office to Malaysia, Brunei Darussalam and Singapore, Rabindra Abeyasinghe.


Mengabdi untuk Indonesia

BPJS Kesehatan memeringati hari jadi yang ke-55 pada Tepat 15 Juli 2023.  Tonggak sejarah terbentuknya program jaminan kesehatan telah dimulai dengan berdirinya Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) pada 1968 yang memberikan jaminan kesehatan pada para pegawai negara, penerima pensiun dan keluarganya. 

Atas dasar tersebut, maka 15 Juli 1968 dimaknai sebagai hari lahir BPDPK yang merupakan cikal bakal BPJS Kesehatan penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional. 

Lembaga ini berganti status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perum Bhakti Husada dan PT Askes (Persero) yang juga mencakupi kesehatan karyawan BUMN beserta keluarganya. Hingga akhirnya sebagaimana diamanatkan UU SJSN dan UU BPJS, lembaga ini bertransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk mengimplementasikan cakupan kesehatan semesta (universal health coverage) bagi seluruh masyarakat Indonesia.


Perayaan HUT BPJS Kesehatan

”Memaknai HUT ke-55 tahun ini dan hampir 10 tahun implementasi Program JKN, kami mengapresiasi perjuangan semangat kolaborasi seluruh elemen dan pemangku kepentingan yang telah berkontribusi positif atas suksesnya penyelenggaraan Program JKN bagi penduduk Indonesia. Setelah hampir 10 tahun lalu berjuang melalui transformasi dari PT Askes (Persero) menjadi BPJS Kesehatan dengan segala dinamika yang terjadi sehingga penyelenggaraan Program JKN tetap sustain, maka saat ini BPJS Kesehatan kembali melakukan transformasi,” ujar Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti dalam sarasehan HUT ke-55 BPJS Kesehatan, Senin (31/7/2023).

Ghufron menambahkan di usia ke-55 BPJS Kesehatan, pengelolaan Program JKN mendapatkan tantangan baru khususnya dalam meningkatkan mutu layanan. Selama hampir satu dekade ini pula tuntutan masyarakat terhadap kualitas layanan Program JKN juga semakin meningkat. Kendati begitu, Program JKN bersama dengan BPJS Kesehatan tidak henti melakukan perbaikan-perbaikan dan inovasi untuk meningkatkan kualitas dari berbagai sisi.

Oleh karena itu pada hari jadi yang ke-55, BPJS Kesehatan mengangkat tema tranformasi mutu layanan, komitmen bersama demi kesejahteraan bangsa sebagai upaya untuk menggaungkan upaya transformasi mutu layanan baik internal BPJS Kesehatan maupun seluruh stakeholder terkait. 

BPJS Kesehatan juga memberikan kado HUT dengan mempersembahkan hadiah terindah untuk peserta JKN, berupa berbagai terobosan untuk memberikan kemudahan serta mutu layanan kepada peserta seperti i-Care JKN sebuah terobosan penyediaan data riwayat pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan antar fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. 

Selain itu meluncurkan Program Petakan, Sisir, Advokasi, dan Registrasi (PESIAR) untuk percepatan perluasan rekrutmen peserta hingga ke tingkat desa, Simplifikasi Layanan Kantor Cabang yang telah dilakukan untuk memangkas waktu tunggu dan mempercepat proses layanan serta menyediakan fungsi service officer secara mobile dan berbagai layanan unggulan teknologi informasi yang mendukung implementasi Program JKN serta meluncurkan wajah terbaru website BPJS Kesehatan untuk kemudahan masyarakat memperoleh informasi.

Berbagai kemudahan juga dipersembahkan melalui implementasi Rujukan MANTAP atau simplifikasi rujukan dengan kasus dan kondisi tertentu sehingga peserta dapat merujuk ke RS Kelas B dan RS Kelas A yang dapat langsung dipilih oleh FKTP tanpa harus melalui Klinik Utama/RS Kelas D/C. 

Sebagai upaya perluasan akses layanan, BPJS Kesehatan juga memberikan kompensasi bagi Daerah Belum Tersedia Fasilitas Kesehatan Memenuhi Syarat (DBTFMS) untuk membuka akses layanan kesehatan di daerah terpencil sehingga dapat meningkatkan pemerataan derajat kesehatan masyarakat. 

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan dinamika perjalanan implementasi Program JKN BPJS Kesehatan sudah dilalui dan menjadi pengalaman berharga dalam menjaga keberlangsungan jaminan kesehatan di Indonesia. Budi menyorot juga bagaimana BPJS kesehatan dapat membantu dalam transparansi biaya pelayanan kesehatan di Indonesia dan menjaga standar tarif yang ada khususnya menghadapi tantangan bonus demografi Indonesia. 

”Pada 2030 Indonesia memiliki tantangan terhadap puncak bonus demografi yaitu diharapkan masyarakat akan mengalami peningkatan pendapatan karena peningkatan jumlah masyarakat usia produktif. Jika Indonesia tidak bisa memanfaatkan momentum puncak demografi ini sebagai momentum peningkatan pendapatan masyarakat, maka kita akan kehilangan kesempatan dan terus menjadi negara dengan middle income. Untuk itu peran BPJS Kesehatan menjadikan manusia Indonesia yang sehat sangat penting melalui pembiayaan kesehatan yang kuat. BPJS Kesehatan juga diharapkan dapat menjaga standar biaya pelayanan kesehatan ini ditengah lonjakan bonus demografi ini,” kata Budi yang dikutip dari siaran pers BPJS Kesehatan.

Budi juga mengapreasiasi bagaimana kinerja BPJS Kesehatan mulai dari kolektibilitas yang semakin baik, klaim layanan kesehatan diproses dengan sangat cepat, dan mulai fokus pada upaya pencegahan. Budi juga melihat demand side sudah berhasil diperoleh melalui cakupan kepesertaan yang semakin besar dan kini yang menjadi tantangan bagaimana dapat mengakomodir supply side. 

Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Agus Suprapto menyoroti bagaimana kemiskinan ekstrim menjadi tantangan Pemerintah saat ini dan BPJS Kesehatan memiliki andil dalam upaya penanganannya. 

”Jaminan kesehatan di Indonesia makin maju dan sukses. Saat ini berbagai inovasi sangat responsif menjawab kebutuhan peserta mulai dari waktu tunggu hingga pemakaian Mobile JKN,” kata Agus. 

Masyarakat mengakui dan menikmati layanan kesehatan yang diberikan BPJS Kesehatan dan negara lain ingin mengadopsi, maka jangan lagi nyinyir dengan pengelolaan kesehatan masyarakat di negeri ini. Bila ke rumah sakit, dijamin tak miskin. Negara hadir dan masyarakat bergotong royong demi kesehatan bersama.

Warga yang butuh pelayanan medis, datang saja ke tempat pelayanan, yakinlah dengan berikhtiar, semua penyakit ada obatnya. Ada tenaga medis terdidik  dan berpengalaman yang menangani. Selain itu, fasilitas di rumah sakit juga makin canggih dan lengkap.

Datang ke rumah sakit, tak akan membuat mayarakat miskin. Asalkan jadi peserta BPJS Kesehatan, tak perlu gadai sawah untuk dapatkan layanan kesehatan. (Muhammad Dzaki Aulia)


Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama