Gubernur Mahyeldi |
PADANG-Gubernur Mahyeldi Ansharullah, memuji kebersamaan warga Aru Lapau Manggis, yang bergotong-royong membangun Surau Gadang Aru (SGA) sebagai pusat kegiatan masyarakat berbasis syariah. Gubernur menyebutkan, pembangunan surau adalah wujud hadirnya semangat kembali ke surau di tengah masyarakat.
Pujian bagi warga Aru Lapau Manggis dilayangkan Gubernur saat meresmikan SGA di Jalan Aru Lapau Manggis, RT 06/RW 03, Kelurahan Gunung Sarik, Kuranji, Kota Padang, Jumat (6/10/2023) malam. “Semangat gotong-royong dan saling membantu adalah kearifan lokal kita orang Minangkabau. Ini harus kita rawat dan wariskan kepada generasi muda,” ucap Gubernur.
Gubernur menilai, upaya pembangunan SGA oleh masyarakat juga sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2022 tentang Provinsi Sumatera Barat, yang turut menjelaskan bahwa dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, warga Sumbar (Minangkabau) berlandaskan pada falsafah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
"Salah satu yang kita galakkan hari ini adalah kembali ke nagari dan kembali ke surau. Melalui upaya-upaya ini kita berharap agar hati pemuda dan pemudi senantiasa terpaut ke surau," ujar Gubernur berharap.
Keberadaan SGA, sambung Gubernur, mesti terbuka bagi siapa saja yang hendak beribadah. Di samping itu, SGA juga harus dimaksimalkan sebagai tempat bermusyawarah, serta pembinaan dan pengembangan tahfidzul Qur’an, demi lahirnya generasi emas yang selalu mendapatkan keberkahaan dan naungan dari Allah SWT.
Gubernur juga mengajak para ninik mamak, bundo kanduang, tokoh masyarakat, serta unsur pemerintahan di Kecamatan Kuranji, untuk terus mengupayakan berbagai program dan kegiatan bagi generasi muda, dengan landasan semangat kembali ke surau. "Kembali ke surau di ranah Minang harus kita hidupkan. Hati orang Minang harus terpaut ke surau," ucap Gubernur menutup.
Di sisi lain, Panitia Pelaksana peresmian SGA, Ijunson Rajo Mulia, mengatakan bahwa proses berdirinya surau tersebut memang murni dari semangat gotong-royong seluruh komponen dalam masyarakat serta bantuan donatur.
"Selama pembangunan surau berlangsung, kita tidak mengenal kata upah. Kecuali untuk pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus, dan itu pun hanya dibayar uang konsumsinya saja," kata Ijunson.
Ijunson Rajo Mulia menjelaskan, total hingga saat ini pembangunan SGA telah menelan biaya sekitar Rp1,3 miliar. Saat ini, pembangunan yang tengah terbengkalai adalah pengerjaan bagian loteng. “Surau Gadang Aru bukan surau kaum, tetapi milik masyarakat. Mari kita bangun bersama dan kita ramaikan surau ini sebagaimana fungsinya," ucapnya mengajak. (adpsb/cen)