AGAM-Banjir bandang yang terjadi yang melanda Sumatera Barat, Sabtu (15/5/2024) lalu tidak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur dan menelan korban jiwa, tetapi juga mengganggu proses belajar mengajar pada beberapa SD di Agam.
Salah satu sekolah yang terdampak adalah SDN 08 Kubang Duo Koto Panjang Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang.
Akibat banjir tersebut, sekolah ini terpaksa melakukan pembelajaran secara daring karena bangunan sekolah saat ini digunakan sebagai tempat pengungsian bagi 205 pengungsi.
Kepala SDN 08 Kubang Duo, Febrinelly, Sabtu (18/5/2024) menyebutkan, sekolahnya digunakan untuk menampung pengungsi serta sebagai pos komando Pemerintah Kabupaten Agam dalam menanggulangi bencana.
Pos ini juga menjadi pusat penerimaan bantuan selama masa tanggap darurat yang berlangsung pada 12-25 Mei.
"Kami selaku kepala sekolah diminta pimpinan untuk memfasilitasi korban dan sekaligus mengizinkan sekolah kami dipakai untuk pos komando," terang Febrinelly.
Mengenai proses belajar mengajar selanjutnya bagi siswa SDN 08, pihak sekolah telah membahas solusi dengan pihak terkait. Rencananya, pembelajaran akan dilakukan secara luring dan daring.
Untuk pembelajaran luring, sekolah akan menggunakan gedung MDA Koto Panjang yang berjarak satu kilometer dari gedung SDN 08. Informasi ini telah disampaikan kepada seluruh orang tua siswa.
"Secara luring, kami diperintahkan untuk menggunakan gedung MDA Koto Panjang dan hal itu telah kami sampaikan kepada seluruh orang tua siswa," jelasnya.
Febrinelly menambahkan, jika orang tua siswa merasa keberatan dengan pembelajaran luring, maka pembelajaran daring akan tetap dilaksanakan.
Pembelajaran daring ini dimungkinkan karena jaringan internet di daerah tersebut tidak terganggu dan sebelumnya pembelajaran daring sudah berjalan dengan baik tanpa hambatan berarti.
"Sebelumnya kami telah melakukan pembelajaran daring dan tidak ada hambatan," katanya.
Pihak sekolah berupaya untuk kembali melakukan pembelajaran tatap muka (luring) setelah masa tanggap darurat berakhir, dengan harapan proses belajar mengajar dapat berjalan normal kembali, hal itu juga ditandai dengan pemasangan baju seragam pada siswa yang keluarganya terdampak. (HR)