BUKITTINGGGI-Zidan dan Lia merupakan sepasang Gajah Sumatera yang menjadi penghuni kandang di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi.
Kandang besi berwarna hijau itu berada di sisi kiri dari pintu masuk destinasi wisata terkenal hingga mancanegara tersebut, bersebelahan dengan ujung masuk ke Jembatan Limpapeh.
Zidan adalah gajah jantan Sumatera yang didatangkan dari Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, hingga Agustus usia mamalia terbesar di dunia itu diperkirakan sudah mencapai 40 tahun. Saat ini bobotnya mencapai empat ton.
Sedangkan, Lia, gajah betina yang bobotnya mencapai tiga ton, juga gajah asal Riau tetapi didatangkan dari Taman Satwa Kandi Sawahlunto.
Ketua Tim Fauna dan Flora Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi, Yoli Zulfanedi, Senin (12/8/2024) mengatakan dulunya memang si gajah jantan Zidan mendapatkan pasangan gajah betina, namun mengalami kematian. Kemudian, didatangkan gajah betina yang diberi nama Lia.
Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi atau Kebun Binatang Bukittinggi juga menjadi lembaga konservasi, selain sebagai destinasi wisata sehingga satwa yang ada dihadirkan harus berpasangan.
“Iya, kita sebagai lembaga konservasi memang harus memiliki satwa endemik, gajah salah satunya. Satwa yang ada itu harus berpasangan, dulu ada gajah betina yang mati, kemudian kita harus mendatangkan teman hidup bagi Zidan, sehingga kita datangkan dari Taman Satwa Kandi Sawahlunto, Lia juga Gajah asal Riau, gajah sumatera,” ujarnya
Dikatakan, untuk melakukan perkembangbiakan gajah tidak mudah, berbeda dengan satwa lainnya, hal itu yang mempengaruhi populasi gajah terus mengalami penurunan, belum lagi di beberapa wilayah di belahan dunia itu gajah masih dihadapkan dengan pemburuan hingga pembunuhan.
“Jadi gajah yang kita miliki ini belum pernah menghasilkan keturunan, dikarenakan untuk melakukan perkawinan gajah itu tidak semudah bagi hewan lain. Sebagai lembaga konservasi terhadap satwa gajah membutuhkan skill dan fasilitas yang memadai,” katanya
Yoli Zulfanedi akui Zidan atau gajah jantan di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi itu sudah tergolong gajah dewasa tua, ketika di tempat penangkaran satwa lebih mampu memiliki usia yang relatif panjang, jika dibandingkan mereka hidup di habitat aslinya.
Rian, salah seorang pengunjung Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi asal Kota Padang menyebutkan dirinya tidak mengetahui bahwa setiap tanggal 12 Agustus diperingati sebagai Hari Gajah Sedunia.
Dirinya selalu memilih TMSBK atau Kebun Binatang Bukittinggi sebagai tujuan tempat rekreasi ketika berkunjung ke Kota Bukittinggi. Ia melihat gajah memiliki karakter yang unik sehingga pengujung ingin tahu untuk memegang atau melihat hewan besar itu dari dekat.
Disebutkan, gajah yang memiliki gading mendasari dirinya bersama keluarga untuk datang melihat Zidan di Kebun Binatang Bukittinggi.
Lalu, Rian selama ini hanya melihat gajah di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMBSK) Bukittinggi berdiri dan bergerak, dirinya tidak mendapatkan momen kapan si gajah duduk dan tertidur.
“saya dan keluarga datang ke TMSBK Bukittinggi, melihat gajah karena tertarik melihat gading. Terus, kita melihat gajah ketika berdiri dan bergerak, jadi ingin lihat kapan gajah tidurnya seperti apa. Benar, bang, saya bersama keluarga terus datang ke Kebun Binatang, untuk liburan ke Bukittinggi. Ini saja saya minta cuti kerja, karena anak ingin liburan ke TMSBK,” sebutnya
Rian menjadi salah satu wisatawan yang pernah mendapatkan fenomena ketika di masa lalu, ada gajah yang dapat ditunggangi atau pengunjung dapat naik di atas punggung gajah di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi.
Respon publik seperti halnya pengunjung yang mempertanyakan apakah Zidan dan Lia tidak dapat ditunggangi atau dinaiki wisatawan di masa sekarang.
"kalau dulu, gajah di sini bisa dinaiki, jadi ingin seperti dulu, kita sebagai pengunjung dapat menaiki punggung gajah,” tutupnya
Yoli Zulfanedi menjawab tanggapan itu, dari perjalanan waktu sebelumnya memang ada NGO yang memberikan sorotan bahwa tidak baik gajah di TMSBK untuk dinaiki oleh manusia. Namun, sejauh ini belum ada aturan yang melarang tentang menaiki atau menunggangi gajah, bahkan sebenarnya lebih baik hal itu dilakukan sehingga gajah lebih sehat dikarenakan banyak gerak. Akan tetapi, untuk gajah jantan serupa Zidan memiliki sifat dan karakter berbeda dengan gajah betina.
Disebutkan, cukup membahayakan bagi pengunjung jika gajah jantan tidak jinak, keselamatan melatarbelakangi hingga saat ini keberadaan sepasang gajah di TMSBK Bukittinggi belum dapat dipersamakan dengan momen terdahulu. (LK/IKP)